Brand Identity


Unsur merek (baik itu nama, simbol, logo/ logotype,  slogan, lagu, warna, desain kemasan) bersama-sama mengidentifikasi dan membedakan merek di benak pelanggan. Sama halnya dengan kepribadian manusia yang dapat tercermin dalam tanda tangan; esensi merek dan citra diri dapat tercermin dalam simbol.[i] Ketika perusahaan mengubah logo, biasanya berarti bahwa baik perusahaan atau merek akan segera berubah.

Personal brand sekalipun harus mengelola unsur-unsur mereknya. Nama dapat dipersingkat atau diberi suatu julukan, seperti Uje, BCL dan Agnez Mo. Meskipun seseorang tidak selalu memiliki logo atau simbol, penampilan dalam hal berpakaian dapat membantu untuk menciptakan brand identity. Dengan demikian, brand identity – dalam hal apapun – harus memiliki konsistensi.

Brand identity terdiri dari 12 dimensi terorganisir dalam empat perspektif sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut:[ii]

Empat perspektif brand identity
Empat perspektif identitas merek (Sumber: MIM Academy, 2014; Aaker, 1996)

 

Brand perlu untuk menunjukkan perbedaannya dan membuat bagi pelanggan mudah untuk memahami perbedaan itu.[iii] Untuk itulah diperlukan brand identity yang merupakan ciri sekaligus pembeda dengan produk kompetitornya. Brand identity bagaimana pun juga harus dapat membantu membangun hubungan antara merek dan pelanggan dengan menghasilkan value proposition/ proposisi nilai yang melibatkan manfaat fungsional dan emosional.[ii]

 

Referensi

[i] Kapferer, Jean-Noël. 2008.  The New Strategic Strategic Brand Management 4th Ed: Creating and Sustaining Brand Equity Long Term. London: Kogan Page.

[ii] Aaker, David A. 2002. Building Strong Brands. London: The Free Press

[iii] Wheeler, Alina, 2009. Designing Brand Identity: an essential guide for the entire branding team. New Jersey: John Wiley & Sons


Leave a Reply